Jumat, 29 Juni 2007

strategi pembelajaran

STRATEGI PEMBELAJARAN

Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk membuat proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, keterampilan, dan sikap akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri siswa. Para siswa hendaknya lebih dikondisikan berada dalam suatu bentuk pencarian daripada sebuah bentuk reaktif. Yakni, mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh mereka sendiri. Semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat mendorong mereka untuk berpikir, bekerja, dan merasa.
Strategi pembelajaran berikut ini adalah di antara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan siswa. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari strategi lain yang dipandang lebih tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang paling ideal. Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru), ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa.
1. Strategi Pembelajaran untuk Mengaktifkan Kelompok
Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu dengan siswa yang lain. Berikut ini beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa secara kolektif.
a. Tim Pendengar (listening teami)
Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan seluruh siswa dengan membagi siswa secara berkelompok dan memberikan tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. Strategi ini dapat dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
1) Siswa dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran dan tugas sendiri-sendiri. Kelompok 1 (sebagai kelompok penanya) bertugas membuat pertanyaan yang didasarkan pada materi yang telah disampaikan oleh guru. Kelompok 2 (sebagai kelompok setuju) bertugas menyatakan poin-poin mana yang disepakati dan menjelaskan alasannya. Kelompok 3 (sebagai kelompok tidak setuju) bertugas mengomentari poin mana yang tidak disetujui dan menjelaskan alasannya. Kelompok 4 (sebagai pembuat contoh) bertugas membuat contoh atau aplikasi materi yang baru disampaikan oleh guru.
2) Guru menyampaikan materi pelajaran. Setelah selesai, kelompok-kelompok tersebut diberi waktu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas guru hanya memberikan pengarahan agar empat kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan baik. Selain itu, guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang menyimpang terlalu jauh dari materi pelajaran.
b. Membuat Catatan Terbimbing (guided note taking)
Dengan strategi ini guru memberikan satu borang yang dipersiapkan untuk mendorong siswa mencatat selagi guru mengajar. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan sebuah hand-o­ut yang menyimpulkan tentang poin penting dari materi pelajaran yang akan disampaikan.
2) Sebagai ganti dari memberikan teks yang lengkap, guru membuat bahan pelajaran singkat yang di dalamnya ada bagian-bagian tertentu yang dikosongkan. Sebagai contoh: Dalam Islam ada dua hal yang dijadikan sebagai sumber ajaran, yaitu …….. dan ……….. Sumber yang pertama diturunkan oleh Allah pada tanggal ….. Ramadhan. Sumber kedua berupa sunnah Nabi yang berupa perbuatan atau ………, perkataan atau ………., dan ketetapan atau …………
c. Pembelajaran Terbimbing
Dalam strategi ini guru menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pelajaran. Cara ini merupakan modifikasi dari strategi ceramah secara langsung. Prosedur strategi ini adalah:
1) Guru menentukan satu atau sejumlah pertanyaan yang dapat membuka pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Guru dapat menggunakan pertanyaan yang mempunya beberapa alternatif jawaban.
2) Guru memberikan bahan materi pelajaran kepada siswa, baik yang ditulis sendiri maupun melalui buku teks tentang materi yang akan disampaikan ketika itu. Guru menyuruh siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan melalui bahan tersebut.
3) Siswa menyampaikan hasil temuan atau jawabannya dari pertanyaan yang diberikan.
d. Perdebatan Aktif (active debate)
Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para siswa diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap siswa dalam kelas—bukan hanya orang-orang yang berdebat. Prosedur dari strategi ini adalah:
1) Guru mengembangkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan sebuah isu kontroversial yang berkaitan dengan mata pelajaran, misalnya “orang Islam sekarang lebih banyak memanfaatkan bank konvensional ketimbang bank syari’ah,” atau “banyak di kalangan pelajar yang sudah menjadi pecandu narkoba.”
2) Guru membagi kelas menjadi dua kelompok debat. Guru memberikan tugas (secara acak) pada posisi “pro” pada satu kelompok dan posisi “kontra” pada kelompok yang lain.
3) Selanjutnya, guru membuat dua atau empat sub-kelompok-sub-kelompok di dalam masing-masing kelompok debat itu. Dalam sebuah kelas dengan 24 peserta didik, misalnya, mungkin dapat dibuat tiga kelompok pro dan tiga kelompok kontra, masing-masing berisi empat anggota. Guru meminta kepada tiap-tiap sub-kelompok untuk mengembangkan argumen-argumen untuk posisi yang ditentukannya, atau guru memberikan sebuah daftar argumen yang lengkap yang mungkin diskusikan dan dipilih oleh kelompok. Pada akhir diskusi mereka, setiap sub-kelompok tersebut memilih seorang juru bicara.
4) Guru mengatur dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah sub-sub kelompok yang dibuat untuk tiap sisi/bagian) untuk para juru bicara kelompok pro dan, menghadap mereka, jumlah kursi yang sama untuk para juru bicara kelompok kontra. Guru menempatkan peserta didik yang lain di belakang team debat mereka. Untuk contoh awal, susunan akan nampak seperti ini:
X X
X X
X pro kontra X
X X
X X

5) Guru dapat menyuruh siswa untuk memulai “perdebatan” dengan meminta para juru bicara itu menyampaikan pandangan-pandangan mereka.
6) Setelah setiap orang telah mendengar argumen-argumen pembuka, guru dapat menghentikan perdebatan itu dan menggabung kembali sub-sub kelompok semula. Guru meminta sub-sub kelompok itu untuk membuat strategi bagaimana mengkounter argumen-argumen pembuka tersebut dari sisi yang berlawanan. Selain itu, guru menyuruh masing-masing sub-kelompok untuk memilih seorang juru bicara, lebih baik orang yang baru.
7) Guru menyuruh siswa untuk memulai “perdebatan” itu. Guru menyuruh juru-juru bicara itu, ditempatkan berhadapan satu sama lain, untuk memberikan “kounter argumen”. Ketika perdebatan berlanjut (pastikan untuk menukar antara dua sisi tersebut), guru mendorong peserta didik lainnya untuk mencatat juru-juru debat mereka dengan berbagai argumen atau bantahan yang disarankan. Selain itu, guru mendorong mereka untuk menyambut dengan applaus terhadap argumen-argumen dari para wakil team debat mereka.
8) Ketika guru menganggap bahwa diskusi sudah cukup, perdebatan tersebut dapat diakhiri. Guru kemudian memberikan ulasan tentang materi yang diperdebatkan tersebut.
e. Strategi Poin-Kounterpoin
Kegiatan ini merupakan sebuah teknik untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat. Prosedur strategi ini sebagai berikut:
1) Guru memilih sebuah masalah yang mempunyai dua sisi atau lebih, misalnya tentang gejala pernikahan dini di masyarakat. Guru dapat mengarahkan siswa agar mencari faktor penyebab yang memunculkan fenomena ini.
2) Guru membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah posisi yang telah ditetapkan, dan guru meminta tiap kelompok untuk mengungkapkan argumennya untuk mendukung bidangnya. Guru dapat mendorong siswa bekerja dengan patner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.
3) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok itu. Perdebatan kemudian dimulai.
4) Setelah perdebatan selesai, guru memberikan komentar tentang materi yang diperdebatkan.
f. Strategi menggabung dua kekuatan (the power of two)
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua kepala [orang] tentu lebih baik daripada satu. Prosedur strategi ini sebagai berikut:
1) Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh : mengapa puasa dapat menyehatkan tubuh? Bagaimana cara berwudlu yang baik dan benar? Mengapa orang fakir dan miskin perlu disantuni?
2) Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3) Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4) Guru memintal pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
5) Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
g. Pertanyaan Kelompok (team quiz)
Teknik tim ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Prosedur strategi ini adalah sebagai berikut:
1) Guru memilih topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian, misalnya tentang pernikahan dan perceraian dalam Islam.
2) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok
3) Guru menjelaskan bentuk sesinya dan memulai presentasi. Guru membatasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
4) Guru meminta tim A menyiapkan quiz yang berjawaban singkat. Quiz ini tidak memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau lagi catatan mereka.
5) Tim A menguji anggota tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota Tim C, dan mengulangi proses yang sama.
7) Ketika quiz selesai, guru melanjutkan pada bagian kedua pelajaran, dan menunjuk Tim B sebagaai pemimpin quiz.
8) Setelah Tim B menyelesaikan ujian tersebut, guru melanjutkan pada bagian ketiga dan menentukan tim C sebagai pemimpin quiz.
2. Strategi Pembelajaran untuk Mengaktifkan Individu
a. Strategi membaca dengan keras (reading aloud)
Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
1) Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
2) Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat diangkat.
3) Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.
4) Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks tersebut.
b. Setiap Orang adalah Guru (Everyone is a teacher here).
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.
Prosedur dari strategi ini adalah:
1) Guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa. Guru meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. Misalnya ketika materi pelajaran tentang zakat, maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan zakat.
2) Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu pada setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
3) Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon.
4) Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh sukarelawan tersebut.
5) Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.
c. Menulis Pengalaman secara Langsung (writing in the here and now)
Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. Prosedur dari strategi ini adalah:
1) Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh siswa. Ia bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang. Diantara contoh yang dapat diangkat adalah memandikan jenazah, melakukan ibadah haji, atau sahur pada bulan Ramadhan.
2) Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif. Guru memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat sekarang. Dengan demikian tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas dan lebih dramatik dari pada menulis tentang sesuatu di “sana dan kemudian” atau di masa depan yang jauh.
3) Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang, tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik untuk menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang dihasilaknnya.
4) Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak merasa terburu-buru. Ketika mereka selesi, guru mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
5) Guru mendiskusikan hasil pengalaman siswa tersebut bersama-sama.

3 komentar:

Dedi Wahyudi mengatakan...

Bapak kunjungi blog saya blog pendidikan agama islam, fakultas tarbuyah, terima kasih

http://podoluhur.blogspot.com/search/label/HOME

Dedi Wahyudi mengatakan...

Bapak kunjungi blog saya blog pendidikan agama islam, fakultas tarbiyah, uin sunan kalijaga terima kasih

Burhan mengatakan...

wah menambah wawasan saya pak,, saya juga buat blog pak kalo mau mampir..